Jumat, 06 Agustus 2010

Ruhani Seorang Da’i

Ketika kita sudah berkomitmen untuk berjuang menegakan kalimat Allah, menyeru manusia untuk hanya tunduk kepada-Nya, maka kita harus sadar bahwa jalan yang kita pilih adalah jalan yang terjal, penuh onak berduri. Jalan da’wah adalah jalan yang penuh gelombang, badai dan berbatu. Sebuah perjuangan yang menguras emosi, tenaga, pikiran, airmata bahkan mungkin darah. Sering kita dibuat tersenyum dan tertawa, tetapi tidak jarang kita dibuat menangis, marah, kecewa, dan sedih.
Karena itu, dalam meniti titian ini diperlukan iman, ikhlas, sabar dan optimis. Iman kepada Allah dan hari akhir karena kesudahan hanyalah milik-Nya. Ikhlas dalam bergerak karena balasan hanyalah dari-Nya. Sabar dalam setiap menghadapi tantangan yang menguras asa. Dan optimis karena kemenangan adalah kepastian.
Intinya adalah kekuatan ruhani seorang da’i merupakan kunci dalam menentukan berhasil/gagalnya sebuah da’wah. Kekuatan ruhani merupakan faktor terpenting yang wajib dimiliki seorang da’i. Sebuah kekuatan yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa.
Lalu bagaimana cara mendapatkan kekuatan ruhani itu?
DR. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang berjudul Tarbiyah Ruhiyah menyebutkan bahwa ada lima faktor penting dalam mencapai takwa.
1. Mu’ahadah
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Hendaknya setiap kita menyendiri dan mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Dengan mu’ahadah kita akan tetap istiqamah dalam melaksanakan syariat Allah
2. Muraqabah
Muraqabah adalah merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan, serta merasakan kebersamaannya dalam sepi maupun ramai. Dengan muraqabah kita akan ikhlas, karena setiap fi’il adalah untuk-Nya. Dengan muraqabah kita akan istiqamah. Tak terpengaruh oleh situasi dan kondisi.
3. Muhasabah
Makna muhasabah adalah hendaknya seorang muslim menghisab dirinya setelah melakukan sebuah amal. Apakan amal itu benar-benar semata untuk meraih ridha Allah ataukah tercampur dengan kepentingan pribadi, riya, ujub atau malah telah mengurangi hak-hak orang lain? Apakah amal yang kita lakukan sudah maksimal? Atau dilaksanakan sekedarnya?
Di samping itu muhasabah juga melakukan perhitungan diri antara amaliyah dan dosa. Apakan amaliyah yang kita lakukan sudah cukup menutup dosa? Lalu bagaimana dengan pertobatan?
Dengan muhasabah kita akan terbebas dari penyakit hati.
4. Muaqabah
Muaqabah adalah pemberian sanksi. Sudah sepatutnya bagi kita jika kita telah melalaikan Allah, kita beri sanksi diri kita sebagai mana orangtua memberi sanksi kepada anaknya yang bersalah. Semoga dengan melakukan muaqabah kita menjadi jera berbuat dosa.
5. Mujahadah
Mujahadah adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanaan ibadah. Di sana ada makna memaksakan diri untuk berbuat yang terbaik, menyerahkan yang terbaik dan mengoptimalkan diri dalam beramaliyah. Ibadah adalah tarbiyah. Dengan mengerahkan kapasitas maksimal, itu artinya kita membangkitkan potensi yang terpendam dalam diri kita. Maka integritas kita akan semakin meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar